logo gusdurnet

top.gif (1689 bytes)

spacer gif
spacer gif
spacer gif
 
halaman muka
politik
ekonomi
opini
klasik
gusduria
 

kontak redaksi »



spacer gif
spacer gif

Mesir dan Kita, Persamaan dan Perbedaan

Oleh Abdurrahman Wahid


Ada beberapa persamaan antara perkembangan keadaan di Mesir dan Negeri kita dewasa ini. Perbedaan yang terdapat dalam hal-hal yang di luar tampak sama penting untuk dikaji, sebagai salah satu alat ukur efektivitas kerja yang kita lakukan sebagai bangsa.

Mesir dewasa ini sedang berada pada tahap konsolidasi perekonomiannya yang sejak beberapa tahun yang lalu menganut kebijaksanaan ‘pintu terbuka’ bagi modal asing. Sama juga halnya dengan pemerintahan kita, pemerintahan Preiden Sadat harus bergulat dengan beberapa masalah dasar yang memerlukan pemecahan segera: penyediaan kebutuhan pokok setelah sekian lama dilalaikan oleh perekonomian sosialistisnya mendiang Presiden Nasser.

Bagi Presiden Sadat, masalahnya memiliki urgensi lebih besar lagi, karena rasa tidak senang kepada politik perdamaiannya dengan Israel tidak dapat dibiarkan menjadi sumber sengketa politik  lebih dahsyat, kalu dibiarkan bergabung dengan issue langkanya kebutuhan pokok. Demonstrasi menuntut pangan sebelum persetujuan Camp David saja sudah sulit ditangani, apalagi kini, setelah dua kali perdana menteri Israel Manachem Begin ke Mesir dan Sadat sendiri ke Jerusalem.

Demikian pula, serangkaian keadaan tidak menguntungkan harus dihadapi sebagai kenyataan: laju pertumbuhan penduduk yang sangat besar, masih terbatasnya kemampuan mengembangkan industri menengah, dan  sektor pedesaan yang masih belum mampu menyediakan pangan, dan seterusnya. Pada deretan hal-hal yang tidak menguntungkan itu harus ditambahkan pula belum adanya konsensus nasional tentang orientasi pembangunan yang diingini.

Dua faktor utama menunjukkan perbedaan menyolok dalam persamaan keadaan antara Mesir  dan kita. Yang pertama adalah alotnya birokrasi di sana untuk diarahkan kepada kebutuhan membangun.

Terlepas dari perbaikan kecil disana-sini, birokrasi Mesir telah membengkak dan mengeras begitu rupa, sehingga ia justru merupakan ancaman terhadap keberhasilan pembangunan. Faktor lain juga tampak menyolok: kurang mampunya sektor nonpemerintah untuk melakukan hal-hal berarti di tingkat bawah, sehingga semakin hari semakin terasa tingginya laju proses ’penegrian’ kehidupan sosial-ekonomi secara menetap, dan menipisnya kemampuan pihak non pemerintah untuk melakukan pengawasan atas birokrasi.

Salah satu bukti dari kenyataan ini adalah tidak berlanjutnya dengan memuaskan prakarsa Presiden Sadat untuk memulai demokratisasi kehidupan politik di Mesir sejak tahun 1975.

Gagasan Sadat semula adalah menciptakan beberapa partai politik, ada yang memerintah dan ada yang menjadi oposisi loyal. Kini gagasan itu mengalami ujian berat. Partai Wafd di bawah Fuad Sirageldine membubarkan diri daripada ‘diatur’ terus menerus oleh pihak yang memerintah. Kelompok moderat dalam Partai Aksi Sosialis pimpinan Ibrahim Shukri terjepit oleh unsur-unsur  keras, yang menginginkan perlawanan lebih konsisten terhadap campur-tangan aparat pemerintah dalam kehidupan politik mereka.

Front Progresif Nasional yang menghimpun sekian banyak tokoh-tokoh kiri, dari yang Marxis-Leninis tulen hingga yang dinamai ‘muslim kiri’ (yasari dini) , juga mengalami tekanan-tekana berat dari partainya Sadat,  Partai Demokrat Nasional.Khalid Muhyiddin, pemimpin Front tersebut,  yang dulunya menjadi sesama anggota teras berasma Sadat dalam gerakan Opsir Merdeka yang menumbangkn monarki dalam tahun 1952, kini mendapati ruang gerak partainya semakin lama semakin mengecil sehingga ia menghentikan penerbitan organ mingguan front-nya itu, Al–Ahrar.

Ternyata banyak yang dapat dipelajari dai keadaan Mesir kini. Yang terpenting adalah keharusan menghentikan pemekaran kekuasaan birokrasi pemerintahan, karena ia akan membawa kepada penghancuran kreativitas  sektor nonpemerintah. Padahal tanpa partisipasi nyata dari sektor ini, pembangunan politik yang demokratis tidak akan terlaksana. Sedangkan pembangunan politik akan sangat menetukan keberhasilan pembangunan di bidang lain.

Syukurlah sedikit banyak ada perbedaan antara bangsa kita dan bangsa Mesir dalam hal ini. Walaupun perbedaan ini semakin hari semakin juga semakin mengecil – karena birokrasi pemerintahan di negeri kita semakin hari semakin membengkak ukuran dan kekuasaannya.

(Sumber: TEMPO, 10 Oktober 1981)

 

 

GusdurNet | 2000
webmaster@gusdurnet.com