24/05/00
Sri
Adiningsih, Pengamat Ekonomi UGM
DPR Sebaiknya Berikan
Kepastian untuk Tidak Melakukan Impeachment
Tanggapan Anda tentang kinerja pemerintah dalam bidang ekonomi?
Pada awal pemerintahan ini terbentuk sampai kuartal I 2000, kita masih mempunyai optimisme yang tinggi bahwa proses
recovery economi itu bisa berjalan cepat dan akan dapat mengeluarkan Indonesia dari
krisis, dan kita lepas dari supervisi IMF, memenuhi kewajiban internasioanal, sehingga
tidak perlu lagi melakukan restrukturisasi hutang, Paris, Club London Club.
Tumbuh posoitif, inflasi yang relatif rendah, IHSG, keprcayaan pasar dan investor,
sehingga saat itu mood kita bagus, ini adalah momentum perbaikan. Tapi kemudian yang
terjadi, tim ekonomi Indonesia-pemerintah dan BI- tidak bisa memanfaatkan momentum itu.
Mereka cenderung melakukan kesalahan yang sama seperti pemerintah sebelumnya. Tidak banyak
yang berbeda pada saat ini. Contoh kecil kalau kita ngurus KTP apa berubah, polisi nyemprit perilaku polisi apa berubah? Demikian pula keluhan para
pengusaha, pemempatan pejabat dengan nuansa KKN, dan tentu saja conflict of interest antar
kelompok, juga penegakan hukum yang tidak jelas.
Conflict of interest kan sudah nampak pada awal
terbentuknya pemerintah?
Iya, tapi belum kelihatan bahwa KKN dan juga masalah-masalah yang lain akan nampak kembali
karena saat itu cenderung hati-hati. Pada saat itu kepercayaan juga relatif tinggi karena
legitimasi terhadap pemerintah. Memang saat itu restrukturisasi berjalan lamban, namun
kepercayaan itu ada. Kini muncul SP3 Texmaco, Pak Harto yang tidak juga ada titik terang,
demikian juga Bank Bali dan lain-lainnya.
Sudah lamban, ditambah kepercayaan yang menurun. Terutama tercermin pada saat terjadi
penundaan dana dari IMF. Investasi tidak segera masuk, meski banyak yang menjanjikan,
rupiah dan IHSG turun.
Itu
terjadi justru pada saat presiden turun tangan sendiri menangani masalah ekonomi?
Kalau kita evaluasi,
meskipun betul pemerintah telah memilikki banyak team
dan presiden telah memimpin sendiri tim ekonomi, tetapi sulit sekali mengembalikan
kepercayaan pasar. Apalagi menjelang sidang umum yang tampaknya kan banyak menimbulkan
ketidakpastian yang besar lagi. Semuanya akan memberikan dampak negatif pada perekonomian
Indonesia. Meskipun sebenarnya ketika kemarin IMF mempercepat pencairan dananya,17 Mei, dan rupiah menguat lagi dapat dijadikan momentum
baru, tapi pemerinttah sendiri tidak memberikan signalnya secara kuat. Mundurnya Gus Im (Hasyim Wachid) is a good news, tapi SP3 Texmaco keluar. Itu kan
membuat orang semakin berpikir, pemerintah ini punya komitmen nggak
dalam memberantas KKN, ini kan kurang jelas. Potret
Indonesia di mata pasar atau pun masyarakat internasional menjadi buram lagi.
Momentum apa lagi yang akan dijadikan pijakan recovery,
mungkin setelah sidang umum?
Sebenarnya mulai sekarang
bisa. Sekarang memang menjadi semakini sulit. Sekarang masalahnya menjadi kompleks
sehingga masalah sosial ekonomi keamanan menjadi rumit, jadi harus dibreakdown lagi. Tidak mudah bagi pemerintah sendiri
untuk mengatasinya. Perlu dukungan dari Bank Indonesia dan juga DPR dan MPR
Dalam
bentuk apa?
Dalam masalah sosial politik dan keamanan
misalnya, dukungan DPR dan MPR sangat diperlukan. Sekarang sebenarnya bisa saja memberikan
arah yang jelas pada pasar misalnya dengan memberikan jaminan bahwa tidak akan ada impeachment dan kejelasan yang lain. Meski kondisi
ekonomi mulai agak menurun namun komitemn dari DPR ini penting sekali dan memberikan
kepastian sosial politik dan keamanan. Ini necessary
condition, yang tentu saja belum cukup. Pemerintah dengan BI harus saling bahu
membahu.
Secara
singkat apa sebenarnya yang menyebabkan proses ini tidak berjalan dengan semestinya?
Ketidak beresan kinerja
ekonomi lebih banyak di sebabkan oleh politisasi, conflict of interest, dan tim
ekonomi yang tidak solid.
Ketidaksolidannya
di mana?
Seseorang yang baik pada satu bidang tertentu belum tentu baik pada bidang yang lain.
Seorang kolumnis dan pengamat belum tentu cocok menjadi menteri koordinator. Demikian juga
seorang politikus belum tentu cocok untuk menduduki jabatan menteri bidang ekonomi.
Mungkin tidak kalau saat ini terjadi
penggantian menteri lagi bila dilihat dari kemungkinan tanggapan pasar?
Mungkin saja kenapa tidak,
asal tidak ada bau KKN, berdasarkan profesionalime, serta memenuhi fit and proper test
saya rasa tidak ada masalah.
Tentang mundurnya Hasyim Wachid dari BPPN, Sri Adiningsih yang juga anggota Tim
Ombudsman BPPN ini menyatakan menyambut dengan baik dan menghargai sangat menghargainya,
mengingat kontrovesri yang muncul akibat masuknya Gus Im ke BPPN. Berikut petikannya:
Apakah
mundurnya Gus Im dari BPPN adalah salah satu hasil tekanan yang dari Tim Ombudsman BPPN?
Bukan begitu, tapi kita
menerima dan menghargai sekali, bahwa di tengah kontroversi nasional dan internasional Gus
Im bersedia mundur.
Karena sesungguhnya kontrovesri itu merugikan Indonesia, BPPn dan Gus Dur sendiri. Meski
sebenarnya dia sebagai keluarga presiden juga punya hak sama seperti warga lainnya untuk
bekerja di mana saja. Oleh karenanya dengan ini kita menhargai Gus Dur dan Gus Im karena
telah merelakan adiknya dan dirinya untuk mendur dari BPPN.
Meski menurut klaim Gus Im, dengan
masuk ke BPPN dirinya justru mampu mendatangkan para debitor nakal yang selama ini tidak
bisa disentuh?
Karyawan BPPN itu beragam. Di sana ada bagian forensik, dimana intel atau sejenisnya
diperlukan, termasuk orang seperti Gus Im. Hanya saja karena dia adik presiden, maka
menjadi kontroversi. Meski nilai tambahnya ada, seperti kata Ketua BPPN, tapi dibanding
dengan kerugian yang muncul karena nama baik presiden sebagai orang yang diharapkan
memberantas KKN serta ekonomi Indonesia dipertaruhkan, maka mundurnya Gus Im tetap dinilai
lebih baik. Kalau mau membantu bisa saj Gus Im tidak dalam kedudukan resmi sebagai
penasehat Ketua BPPN. Bisa juga secara informal. (Ys)
Sri
Adiningsih adalah Anggota Tim Ombudsman BPPN, Pengajar Fakultas Ekonomi dan Msi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. |